Selasa, 22 Januari 2013

Analisis Puisi Angkatan 2000


Analisis Puisi Tahun 2000
Dosen Pengampu: Wachid Eko Purwanto, S.Pd

Disusun Oleh :
1.      Larissa Amadea Pudyastuti     
2. Aini Istiqomah
3 Niken Astuti
4 Ina Mufihat
5 Rifka 

KELAS : A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
2013

KATA PENGANTAR

            Puji syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan kesehatan lahir dan batin kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Apresiasi Puisi ini dengan baik dan tepat waktu.
            Terima kasih kepada bapak dosen pengampu mata kuliah Apresiasi Puisi, yang telah menuntun dan membimbing kami dalam menyusun makalah ini dengan materi-materi yang semoga dapat memberi manfaat kepada pembacanya. Amin. Ucapan terima kasih juga kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam menyusun makalah “Ciri-Ciri Puisi Angkatan 2000 dan Pengarangnya”.
            Tidak ada manusia yang sempurna, karena kesempurnaan itu hanya milik Allah semata. Begitu juga dengan makalah ini, baik dari segi isi, maupun dari segi penampilan yang mungkin kurang sesuai ataupun tidak menarik pembaca. Untuk itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran pembaca untuk dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada di dalam makalah ini demi kesempurnaan tugas-tugas makalah selanjutnya.


Yogyakarta, 19 Desember 2012


Penyusun




           
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Sastra Angkatan 2000 atau sering disebut dengan sastra mutakhir (Dekade 90-an dan Angkatan 2000). Memasuki era Reformasi yang sangat anti KKN dan praktik otoriter, penuh kebebasan ekspresi dan pemikiran, mengandung renungan religiusitas dan nuansa-nuansa sufistik. Menampilkan euphoria menyuarakan hati nurani dan akal sehat untuk pencerahan kehidupan multidimensional. Pada masa angkatan 2000 ini banyak sekali muncul pengarang wanita. Mereka umumnya menulis dengan ungkapan perasaan dan pikiran yang tajam dan bebas. Ada di antara mereka yang sangat berani menampilkan nuansa-nuansa erotik, hal-hal yang sensual bahkan seksual, yang justru lebih berani dibandingkan para sastrawan seumumnya.
Adapun para sastrawati Angkatan 2000 antara lain: Ayu Utami, Jenar Mahesa Ayu, Fira Basuki, Herlinaties, Nukila Amal, Linda Kristianti, Ratih Kumala, Oka Rusmini, dan lain-lain. Di antara mereka yang mengusung ideology kebebasan wanita (woman libs) yang dulu pernah dilakukan oleh Nh. Dini (namun ungkapan-ungkapan Dini tetap literik, tidak vulgar). Sebenarnya minus idiom-idiom vulgar karya mereka termasuk berbobot, seperti juga prosa liris karya Linus Suryadi berjudul Pengakuan Pariyem . Di bagian-bagian tertentu karya Jenar Mahesa Ayu dan Ayu Utami bahkan sangat puitis serta filosofis, menampilkan ungkapan-ungkapan yang bernas dan cerdas, dengan imajinasi-imajinasi yang kaya renungan, mungkin juga humanis dan religius. Jadi mengandung hal-hal yang kontrovesial.
Nama ini diberikan Korrie Layun Rampan pada sejumlah pengarang dan penyair yang telah melahirkan wawasan estetik baru pada tahun 90-an. Korrie berkata, “ Afrizal Malna melansir estetik baru yang digali dari sifat missal benda-benda dan manusia yang dihubungkan dengan peristiwa tertentu dan interaksi missal. Estetik missal ini merupakan penemuan Afrizal yang unik dalam sastra Indonesia.

B.       Rumusan Masalah
1.    Apa saja ciri-ciri puisi Angkatan 2000 dan contoh puisinya?
2.    Siapa saja pengarang atau penyair Angkatan 2000?
C.       Tujuan
1.    Untuk mengetahui ciri-ciri puisi Angkatan 2000 dan contoh puisinya.
2.    Untuk mengetahui pengarang atau penyair Angkatan 2000.




















PEMBAHASAN

A.      Ciri – Ciri Puisi Angkatan 2000
Sastra Angkatan 2000 memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a.    Pilihan kata diambil dan bahasa sehari-hari yang disebut bahasa “kerakyat jelataan”.
Contoh puisinya :
Nagasari
membuka kulit nagasari
isinya bukan pisang
tapi mayat anak gembala
yang berseruling setiap senja

membuang kulit nagasari
seorang nahkoda memungutnya
dan merobeknya jadi dua
separuh buat peta
separuh buat bendera kapal
(D.Zawawi Imron, Bulan Tertusuk Lalang, hlm.45)
b.    Mengandung revolusi tipografi atau tata wajah yang bebas aturan dan cenderung ke puisi konkret.
Contoh puisi :
Puisi Perjalanan
Hendaklah puisiku lahir dari jalanan
Dari desah nafas para pengemis gelandangan
Jangan dari gedung-gedung besar
Dan lampu gemerlapan

Para pengemis yang lapar
Langsung menjadi milik Tuhan
sebab rintihan mereka
tak lagi bisa mengharukan
Emha Ainun Najib
c.    Penggunaan estetika baru yang disebut “antroporisme” (gaya bahasa berupa penggantian tokoh manusia sebagai “aku lirik” dengan benda-benda.
Contoh puisi :
LIPU
Ketika kereta satu-satunya telah bergerak
Pergi, engkaupun sepi. Marilah
Dengan gemetar: menunggu nasib hari demi hari

Ruang tambah sukar dimengerti
Kereta telah dipilihkan bagimu
Kereta semu
            Karya Emha Ainun Najib (dalam kumpulan Puisi Sesobek Buku Harian Indonesia)1972
Puisi tersebut dimuat di Basis, November 1973. Bentuknya lirik dengan persona kedua engkau, mu tetapi dapat dipastikan persona kedua itu merupakan refleksi persona pertama : aku lirik.
d.   Penciptaan interaksi masal dan hal-hal yang bersifat individual.
Contoh puisi :
Buat Mas Roedjito
kuterbangkan padamu
daun-daun kering pilu
                        (yang dulu kaurengkuh
                         padaku sempat melepuh)

burung-burung tak sudi bermoncong peluru
makanya langit tetap satu warna dalam biru
(D.Zawawi Imron, Kujilat Manis Empedu,2001)
e.    Puisi-puisi profetik (keagamaan/religius) dengan kecenderungan menciptakan pengembaraan yang lebih konkret melalui alam, rumput atau daun-daun.
Contoh Puisi :
Sembahyang Rumputan
Aku, rumputan
Tak pernah lupa sembahyang
Inna Sholati wa nusuku
Wa mahyaaya wa mammati
Lillahi Robbil ‘alamin

Topan melanda padang ilalang
Tubuhku bergoyang-goyang
Tapi tetap teguh dalam sembahyang
Dan akarku yang mengurat di bumi
Tak berhenti mengucap shalawat nabi
Ahmadun Y. Herfanda
f.       Selaras dengan bentuk tipografi baru, banyak diciptakan puisi dengan corak bait atau ‘nirbait’ (tidak menggunakan sistem pembuatan bait-bait).
Contoh puisi :
DI BAWAH KIBARAN SARUNG
Di bawah kibaran sarung anak-anak berangkat tidur
Ke haribaan malam. Tidur mereka seperti tidur yang baka.
Tidur yang dijaga dan disambangi seorang lelaki kurus
Dengan punggung melengkung, mata yang dalam dan cekung
“Hidup orang miskin!” pekiknya sambil membentangkan sarung
Karya Joko Pinurbo (1999)
g.      Penggunaan citraan alam benda.
Contoh puisi :
Bulan Tertusuk Lalang
bulan rebah
angin lelah di atas kandang

cicit kelelawar
menghimbau di ubun bukit
di mana kelak kujemput anak cucuku
menuntun sapi berpasang-pasangan

angin termangu di pohon asam
bulan tertusuk lalang

tapi malam yang penuh belas kasihan
menerima semesta baying-bayang
dengan mesra menidurkannya
dalam ranjang-ranjang nyanyian
(D. Zawawi Imron, Bulan Tertusuk Lalang, hlm 47)
B.  Penyair atau Pengarang Angkatan 2000
a.       Afrizal Malna, penyair kelahiran Jakarta 7 Juni 1957 yang pernah mengenyam pendidikan di STF Driyarkara ini menulis kumpulan sajak Abad yang Berlari (1984) dan antologi puisinya Yang Berdiam dalam Mikrofon (1990).
b.      Emha Ainun Najib dengan kumpulan puisinya Sesobek Buku Harian Indonesia.
c.       D. Zawawi Imron dilahirkan di Batang-batang, Sumenep, 19 September, terkenal sebagai penyair otodikak berpendidikan pesantren asal Madura. Karya-karyanya berupa kumpulan puisi : Madura, Akulah Lautmu (1978), Bulan Tertusuk Lalang (1982), Madura, Akulah Darahmu (1999), Abad Yang Berlari.
d.      Acep Zamzam Noor, berasal dari lingkungan Pondok Cipasung, lahir di Tasikmalaya, 28 Februari 1960. Acep menulis antologi puisi Tamparlah Mukaku!, Aku Kini Doa, Kasidah Sunyi, Dari Kota Hujan, Di Atas Umbia.
e.       Wiji Thukul Wijaya, lahir di Solo, 26 Agustus 1963. Puisinya yang terkenal berjudul Peringatan dan antologi puisinya tahun 2000 Aku Ingin Jadi Peluru, Mencari Tanah Lapang (1994), Tumis Kangkung Comberan (1996).
f.        K.H. Ahmad Mustofa Bisri dengan kumpulan puisinya Ohoi Puisi-puisi Balsem dan Gandrung.
g.      Ahmadun Y. Herfanda dengan kumpulan puisinya Sembahyang Rumputan.
h.      Joko Pinurbo, lahir di Pelabuhan Ratu, Sukabumi, 11 Mei 1962, lulusan dari Sastra Indonesia IKIP Sanata Dharma. Menulis kumpulan puisi Celana; Di Bawah Kibaran Sarung; Pacar Kecilku; Kekasihku;Telepon Genggam (2006).
i.        Agus R. Sarjono, lahir di Bandung, 27 Juli 1962, lulusan Pendidikan Bahasa dan Sastra IKIP Bandung. Karya-karyanya dimuat dalam antologi puisi tunggal dan bersama, berjudul Suatu Cerita di Negeri Angin, Keduri Air Mata(1994), Malam Seribu Bulan (1991), Mimbar Penyair Abad 21(1996).


PENUTUP
KESIMPULAN

            Sastra Angkatan 2000 ini banyak muncul pengarang wanita yang menulis melalui ungkapan perasaan dan pikiran yang tajam dan bebas yang berani menampilkan nuansa erotic yang sensual bahkan seksual, serta lebih berani dibandingkan para sastrawan seumumnya. Adapun para sastrawati Angkatan 2000 antara lain: Ayu Utami, Jenar Mahesa Ayu, Fira Basuki, Herlinaties, Nukila Amal, Linda Kristianti, Ratih Kumala, Oka Rusmini, dan lain-lain. Di antara mereka yang mengusung ideology kebebasan wanita (woman libs) yang dulu pernah dilakukan oleh Nh. Dini (namun ungkapan-ungkapan Dini tetap literik, tidak vulgar). Di bagian-bagian tertentu karya Jenar Mahesa Ayu dan Ayu Utami bahkan sangat puitis serta filosofis, menampilkan ungkapan-ungkapan yang bernas dan cerdas, dengan imajinasi-imajinasi yang kaya renungan, mungkin juga humanis dan religius. Jadi mengandung hal-hal yang kontrovesial. Nama ini diberikan Korrie Layun Rampan pada sejumlah pengarang dan penyair yang telah melahirkan wawasan estetik baru pada tahun 90-an dalam bukunya berjudul Angkatan 2000 dalam Sastra Indonesia.
Adapun ciri-ciri puisi Angkatan 2000 diantaranya, (1) Pilihan kata diambil dan bahasa sehari-hari yang disebut bahasa “kerakyat jelataan”, (2) Mengandung revolusi tipografi atau tata wajah yang bebas aturan dan cenderung ke puisi konkret, (3) Penggunaan estetika baru yang disebut “antroporisme” (gaya bahasa berupa penggantian tokoh manusia sebagai “aku lirik” dengan benda-benda, (4) Penciptaan interaksi masal dan hal-hal yang bersifat individual, (5) Puisi-puisi profetik (keagamaan/religius) dengan kecenderungan menciptakan pengembaraan yang lebih konkret melalui alam, rumput atau daun-daun, (6) Selaras dengan bentuk tipografi baru, banyak diciptakan puisi dengan corak bait atau ‘nirbait’ (tidak menggunakan sistem pembuatan bait-bait) dan (7) Penggunaan citraan alam benda.
Pengarang atau penyair yang termasuk dalam Angkatan 2000 yaitu, Afrizal Malna, Emha Ainun Najib, D. Zawawi Imron, Acep Zamzam Noor, Wiji Thukul Wijaya, K.H. Ahmad Mustofa Bisri, Ahmadun Y. Herfanda, dan Joko Pinurbo.


DAFTAR PUSTAKA

Mujiayanto, Yant dan Amir Fuady.2008. Sejarah Sastra Indonesia. Surakarta:Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS.
D.  Zawawi Imron.2003. Kujilat Manis Empedu. Yogyakarta: Gama Media.
A.  Sayuti, Suminto.2010. Berkenalan Dengan Puisi. Yogyakarta: Gama Media.

Perbedaan Ciri Puisi


1.      Perbedaan Puisi Lama dengan Puisi Angkatan Balai Pustaka
No.
Pusi Lama
Puisi Angkatan Balai Pustaka
1.
Tidak diketahui  nama pengarangnya karena merupakan puisi hasil karya rakyat kebanyakan

Pantun agama
Kemumu di dalam semak,
Jatuh melayang selaranya,
Meski ilmusetinggi tegak,
tidak sembahyang apa gunanya

Diketahui nama pengarangnya
Mengeuh 1
Rustam Effendi

 Bukanlah beta berpijak bunga,
Melalui hidup menuju makam
Setiap saat disimbur sukar,
Bermandi darah dicucurkan dendam.
Menangis mata melihat makhluk,
Berharta bukan berhak pun bukan
Inilah nasib negeri ‘nanda,
Memerah madu menguruskan badan.
Ba’mana beta bersuka cita,
Ratapan ra’yat riuhan gaduh,
Membobos masuk menyatu kalbuku.
Ba’mana boleh berkata beta,
Suara sebat sedanan rusuh,
Menghimpit madah, gubahan cintaku
2.
Merupakan sastra lisan karena disebarluaskan  dari  mulut ke mulut.

Karmina

Dahulu perang,
Sekarang besi.
Dahuli sayang,
sekarang benci


Pingga tak retak,
nasi tak dingin.
Engkau tak hendak,
kami tak ingin.

Gendang gendut,
tali kecapi,
Kenyang perut,
Senanglah hati.
.



Merupakan sastra lisan dan tertulis karena sudah ada pendokumentasian secara tertulis dan ada pembacaan puisi
Bukan Beta Bijak Berperi

Rustam Effendi

Bukan beta bijak berperi,
Pandai mengubah madahan syair,
Bukan beta budak Negeri,
Musti menurut undangan mair.

Syarat sarat saya mungkiri,
Untaian rangkaian seloka lama,
Beta buang beta singkiri,
Sebab laguku menurut sukma.

Susah sungguh saya sampaikan,
Degup – degupan di dalam kalbu,
Lemah laun lagu dengungan,
Matnya digamat rasain waktu.

Sering saya susah sesaat,
Sebab madahan tidak nak datang,
Sering saya sulit menekat,
Sebab terkurung lukisan mamang.

Bukan beta bijak berperi,
Dapat melemah bingkaian pantun,
Bukan beta berbuat baru,
 Hanya mendengar bisikan alun


3.
Masih terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata tiap larik atau baris,  maupun rima atau persajakan
Gurindam
Barang siapa berbuat jasa
Mulia namanya segenap masa

Orang malas jatuh sengsara
Orang rajin banyak saudara

Tidak terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata tiap larik atau baris,  maupun rima atau persajakan
Mengeluh II
Rustam Effendi
Bilakah bumi bertabur bunga,
disebarkan tangan yang tiada terikat,
dipetik jari, yang lemah lembut,
ditanai sayap kemerdekaan rakyat?

Bilakah lawang bersinar Bebas,
ditinggalkan dera yang tiada berkata?
Bilakah susah yang beta benam,
dihembus angin kemerdekaan kita?

Disanalah baru bermohon beta,
supaya badanku berkubur bunga,
bunga bingkisan, suara syairku.

Disitulah baru bersuka beta,
pabila badanku bercerai nyawa,
sebab menjemput Manikam bangsaku.

Dari: Percikan Permenungan

4.
Yang termasuk puisi lama adalah :
a.       Mantra adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib
Mantra
Assalammu’alaikum putri satulung besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu

b.      Pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran,  2 baris berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka

Pantun
Kalau ada jarum patah
Jangan dimasukkan ke dalam peti
Kalau ada kataku yang salah
Jangan dimasukan ke dalam hati

c.       Karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek
Karmina
Dahulu parang, sekarang besi (a)
Dahulu sayang sekarang benci (a)

d.      Seloka adalah pantun berkait
Seloka
Lurus jalan ke Payakumbuh,
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati tak kan rusuh,
Ibu mati bapak berjalan

e.       Gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat
Gurindam
Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Barang siapa tinggalkan sembahyang ( b )
Bagai rumah tiada bertiang ( b )
Jika suami tiada berhati lurus ( c )
Istri pun kelak menjadi kurus ( c )

f.       Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita


Syair
Pada zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)

g.      Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris
Talibun
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanak pun cari isi
Induk semang cari dahulu

Bersifat dikdaktis dan masih banyak yang menggunakan bentuk syair, soneta dan pantun
SONETA
PAGI-PAGI
Karya Muhammad Yamin

Teja dan cerawat masih gemilang,
Memuramkan bintang mutiaranya,
Menjadi pudar padam cahaya,
Timbul tenggelam berulang-ulang.

Fajar di timur datang menjelang,
Membawa permata ke atas dunia,
Seri-berseri sepantun mulia,
Berbagai warna bersilang-silang.

Lambat laun serta berdandan,
Timbullah matahari dengan perlahan,
Menyinari bumi dengan keindahan.

Segala bunga harum pandan,
Kembang terbuka, bagus gubahan,
Dibasahi embun, titik di dalam.

5.
Tidak memiliki tema yang pasti tergantung pada bentuk puisinya. Apabila berbentuk gurindam, biasanya bertema nasihat.
Tema pusi  adalah :
a.      puji-pujian terhadap tanah air
Contoh :
Tanah Air
karya Mohammad Yamin
Di atas batasan Bukit Barisan,
Memandangi beta ke bawah memandang,
Tampaklah hutan rimba dan ngarai,
Lagipun sawah, telaga nan permai,
Serta gerangan lihatlah pula,
Langit yang hijau bertukar warna,
Oleh pucuk daun kelapa.
b.      tema nasionalisme
TERATAI

Karya Sanusi Pane

Dalam kebun di tanah airku,
Tumbuh sekuntum bunga teratai,
Tersembunyi kembang indah permai,
Tidak terlihat orang yang lalu.

Akar tumbuh di hati dunia,
Daun berseri laksana mengarang,
Biarpun ia diabaikan orang,
Seroja kembang gembilang mulia.

Teruslah, o teratai bahagia,
Berseri di kebun Indonesia,
Biar sedikit penjaga taman.

Biarpun engkau tidak diihat,
Biarpun engkau tidak diminat,
Engkaupun turut menjaga zaman.


2.      Perbedaan Ciri puisi Angkatan Pujangga Baru dan Angkatan 45
No.
Pusi Angkatan Pujangga Baru
Puisi Angkatan 45
1.
Puisi menggambarkan perjuangan untuk meraih kemerdekaan dari penjajahan Belanda.
Contoh puisi :
Perjuangan
 Kepada Taman Siswa
Tenteram dan damai?
Tidak, tidak Tuhanku!
Tenteram dan damai waktu tidur di malam sepi.
Terteram dan damai berbaju putih di dalam kubur.
Tetapi hidup ialah perjuangan.
Perjuangan semata lautan segara.
Perjuangan semata alam semesta.
Hanya dalam berjuang beta merasa tenteram dan damai.
Hanya dalam berjuang berkobar Engkau Tuhanku di dalam dada.
Puisi mengemukakan masalah kemasyarakatan, dan kemanusiaan.
Contoh puisi :
                         DOA
                        kepada pemeluk teguh
                                      Chairil Anwar
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namamu

Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh

cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi

Tuhanku

aku hilang bentuk
remuk

Tuhanku

aku mengembara di negeri asing

Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling
2.
Memiliki bentuk puisi baru yang lebih bebas daripada puisi lama (misalnya pantun dan syair) namun masih memiliki keterikatan pada jumlah baris tiap baitnya sehingga puisi-puisinya memiliki nama  berdasarkan jumlah baris tiap baitnya, misalnya Distichon (terdiri atas dua baris tiap bait), terzina (tiga baris tiap bait), kwatrain (empat baris tiap bait), dan seterusnya.
Contoh puisi  (bentuk distichon):
RINDU DENDAM
                                    J.E. Tatengkeng
Di mana air di dasar kolam
Kucari jawab teka-teki alam
          Dikawan awan kian kemari
          Disitu juga jawabnya ku cari
Di warna bunga yang kembang
Ku baca jawab, penghilang bimbang
          Kepada gunung penjaga waktu
          Ku tanya jawab kebenaran tentu
Pedang bintang lahir semula
Ku tanya jawab teka-teki Allah
           Keadaan hati, jiwa sendiri
           Ku selam jawab! Tidak tercari
Ya Allah yang maha dalam
Berikan jawab teka-teki alam
           O Tuhan yang maha tinggi
           Kunanti jawab petang dan pagi
Hatiku haus ‘kan kebenaran
Berikan jawab dihatiku sekarang
Puisi yang diciptakan menunjukkan ciri-ciri adanya pembaharuan sehingga tidak terdapat lagi bentuk distichon, terzina kuatrain dsb. mementingkan isi daripada bentuk serta menggunakan bahasa Indonesia (bukan bahasa Melayu)
Contoh puisi :
" DIPONEGORO "
                           Karya Chairil Anwar

Di masa pembangunan ini
tuan hidup kembali
dan bara kagum menjadi api
di depan sekali tuan menanti
tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
berselempang semangat yang tak bisa mati.

Maju
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.
Sekali berarti
Sudah itu mati.

Maju
Bagimu negeri
Menyediakan api.
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai

Maju
Serbu
Serang
Terjang


 ( 1943 )

3.
Sangat mengutamakan rima (persajakan) untuk menciptakan keindahan puisi.
Contoh :
Dimana Tempat Cinta Sejati
                                              Intoyo
Bukan di rimba lebat dan sunyi
Bukan di puncak bukit yang tinggi
Bukan di pinggir samudera yang sepi
          Jangan dicari di tempat memuja
           Di kuil di tempat membakar dupa
           Di dalam goa tempat bertapa
Bukan di mahligai batu pualam
Di katil terhias permata nilam
Di dalam surga di luar alam
           Cinta sejati lekat pada kita
           Bernyala-nyala waktu bekerja
           Untuk bahagia dunia kaya
Bernyala-nyala sewaktu bekerja
Dimana kita merasa sejajar
Sehidup semati seniat sedasar
Menggunakan bahasa sehari-hari dan pemilihan kata (diksi)  mengungkapkan pengalaman batin penyair
Contoh :
                               Karya  Asrul Sani

Ada elang laut terbang
senja hari
antara jingga dan merah
surya hendak turun,
pergi ke sarangnya.

Apakah ia tahu juga,
bahwa panggilan cinta
tiada ditahan kabut
yang menguap pagi hari ?

bunyinya menguak suram
lambat-lambat
mendekat, ke atas runyam
karang putih,
makin nyata.

Sekali ini jemu dan keringat
tiada kan punya daya
tapi topan tiada mau
dan mengembus ke alam luas.

Jatuh elang laut
ke air biru, tenggelam
dan tiada timbul lagi.

Rumahnya di gunung kelabu
akan terus sunyi,
satu-satu akan jatuh membangkai
ke bumi, bayi-bayi kecil tiada
bersuara.

Hanya anjing,
malam hari meraung menyalak bulan
yang melengkung sunyi.
Suaranya melandai
turun ke pantai
Jika segala senyap pula,
berkata pemukat tua :
“Anjing meratapi orang mati !”

Elang laut telah
hilang ke lunas kelam
topan tiada bertanya
hendak ke mana dia.
Dan makhluk kecil
yang membangkai di bawah
pohon eru, tiada pula akan
berkata :
“Ibu kami tiada pulang.”
4.
Aliran yang diikuti adalah aliran romantic idealistic

Contoh puisi


Berdiri Aku


                         Karya Amir Hamzah
Berdiri aku di senja senyap
Camar melayang menepis  buih
Melayah  bakau mengurai puncak
Berjulang  datang ubur terkembang.

Angin pulang menyejuk bumi
Menepuk teluk mengempas emas
Lari ke gunung memuncak sunyi
Berayun alun di atas talas.

Benang raja  mencelup ujung
Naik marak, menyerak corak
Elang leka  sayap tergulung
Dimabuk warna berarak-arak.

Dalam rupa maha sempurna
Rindu sendu mengharu kalbu
Ingin datang merasa sentosa
Menyecap hidup bertentu tuju.
Aliran  yang dianut adalah ekspresionisme dan realisme

Lagu Gadis Itali
                      
                       Karya Sitor Situmorang

Kerling danau di pagi hari
lonceng gereja di bukit Itali
jika musimmu tiba nanti
jemputlah abang di teluk Napoli

Kerling danau di pagi hari
lonceng gereja bukit Itali
andai abang tak kembali
adik menunggu sampai mati

Batu tandus di kebun anggur
pasir teduh di bawah nyiur
abang lenyap hatiku hancur
mengejar bayang di salju gugur
5.
Kalimat yang digunakan banyak bermakna kias yang berisi perbandingan dan kata-kata yang digunakan  memiliki ke indahan
                                Karya Amir Hamzah

Dengan apakah kubandingkan pertemuan kita, kekasihku?
Dengan senja samar sepoi, pada masa purnama meningkat naik, setelah menghalaukan panas payah
terik.
Angin malam mengembus lemah, menyejuk badan, melambung rasa menayang pikir, membawa angan ke bawah kursimu.
Hatiku terang menerima katamu, bagai bintang memasang lilinnya.
Kalbuku terbuka menunggu kasihmu, bagai sedap malam menyiarkan kelopak.

Aduh, kekasihku, isi hatiku dengan katamu, penuhi dadaku dengan cahayamu, biar bersinar mataku sendu, biar berbinar
gelakku rayu

Banyak menggunakan gaya bahasa metafora dan simbolik



Nisan
                  Untuk Nenekanda
                                Karya Chairil Anwar

Bukan kematian benar menusuk kalbu
Keridlaanmu menerima segala tiba
Tak kutahu setinggi itu atas debu
Dan duka maha tuan bertakhta