Selasa, 22 Januari 2013

Perbedaan Ciri-ciri Puisi


1.      Perbedaan Puisi Lama dengan Puisi Angkatan Balai Pustaka
No.
Pusi Lama
Puisi Angkatan Balai Pustaka
1.
Tidak diketahui  nama pengarangnya karena merupakan puisi hasil karya rakyat kebanyakan

Pantun agama
Kemumu di dalam semak,
Jatuh melayang selaranya,
Meski ilmusetinggi tegak,
tidak sembahyang apa gunanya

Diketahui nama pengarangnya
Mengeuh 1
Rustam Effendi

 Bukanlah beta berpijak bunga,
Melalui hidup menuju makam
Setiap saat disimbur sukar,
Bermandi darah dicucurkan dendam.
Menangis mata melihat makhluk,
Berharta bukan berhak pun bukan
Inilah nasib negeri ‘nanda,
Memerah madu menguruskan badan.
Ba’mana beta bersuka cita,
Ratapan ra’yat riuhan gaduh,
Membobos masuk menyatu kalbuku.
Ba’mana boleh berkata beta,
Suara sebat sedanan rusuh,
Menghimpit madah, gubahan cintaku
2.
Merupakan sastra lisan karena disebarluaskan  dari  mulut ke mulut.

Karmina

Dahulu perang,
Sekarang besi.
Dahuli sayang,
sekarang benci


Pingga tak retak,
nasi tak dingin.
Engkau tak hendak,
kami tak ingin.

Gendang gendut,
tali kecapi,
Kenyang perut,
Senanglah hati.
.



Merupakan sastra lisan dan tertulis karena sudah ada pendokumentasian secara tertulis dan ada pembacaan puisi
Bukan Beta Bijak Berperi

Rustam Effendi

Bukan beta bijak berperi,
Pandai mengubah madahan syair,
Bukan beta budak Negeri,
Musti menurut undangan mair.

Syarat sarat saya mungkiri,
Untaian rangkaian seloka lama,
Beta buang beta singkiri,
Sebab laguku menurut sukma.

Susah sungguh saya sampaikan,
Degup – degupan di dalam kalbu,
Lemah laun lagu dengungan,
Matnya digamat rasain waktu.

Sering saya susah sesaat,
Sebab madahan tidak nak datang,
Sering saya sulit menekat,
Sebab terkurung lukisan mamang.

Bukan beta bijak berperi,
Dapat melemah bingkaian pantun,
Bukan beta berbuat baru,
 Hanya mendengar bisikan alun


3.
Masih terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata tiap larik atau baris,  maupun rima atau persajakan
Gurindam
Barang siapa berbuat jasa
Mulia namanya segenap masa

Orang malas jatuh sengsara
Orang rajin banyak saudara

Tidak terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata tiap larik atau baris,  maupun rima atau persajakan
Mengeluh II
Rustam Effendi
Bilakah bumi bertabur bunga,
disebarkan tangan yang tiada terikat,
dipetik jari, yang lemah lembut,
ditanai sayap kemerdekaan rakyat?

Bilakah lawang bersinar Bebas,
ditinggalkan dera yang tiada berkata?
Bilakah susah yang beta benam,
dihembus angin kemerdekaan kita?

Disanalah baru bermohon beta,
supaya badanku berkubur bunga,
bunga bingkisan, suara syairku.

Disitulah baru bersuka beta,
pabila badanku bercerai nyawa,
sebab menjemput Manikam bangsaku.

Dari: Percikan Permenungan

4.
Yang termasuk puisi lama adalah :
a.       Mantra adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib
Mantra
Assalammu’alaikum putri satulung besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu

b.      Pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran,  2 baris berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka

Pantun
Kalau ada jarum patah
Jangan dimasukkan ke dalam peti
Kalau ada kataku yang salah
Jangan dimasukan ke dalam hati

c.       Karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek
Karmina
Dahulu parang, sekarang besi (a)
Dahulu sayang sekarang benci (a)

d.      Seloka adalah pantun berkait
Seloka
Lurus jalan ke Payakumbuh,
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati tak kan rusuh,
Ibu mati bapak berjalan

e.       Gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat
Gurindam
Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Barang siapa tinggalkan sembahyang ( b )
Bagai rumah tiada bertiang ( b )
Jika suami tiada berhati lurus ( c )
Istri pun kelak menjadi kurus ( c )

f.       Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita


Syair
Pada zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)

g.      Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris
Talibun
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanak pun cari isi
Induk semang cari dahulu

Bersifat dikdaktis dan masih banyak yang menggunakan bentuk syair, soneta dan pantun
SONETA
PAGI-PAGI
Karya Muhammad Yamin

Teja dan cerawat masih gemilang,
Memuramkan bintang mutiaranya,
Menjadi pudar padam cahaya,
Timbul tenggelam berulang-ulang.

Fajar di timur datang menjelang,
Membawa permata ke atas dunia,
Seri-berseri sepantun mulia,
Berbagai warna bersilang-silang.

Lambat laun serta berdandan,
Timbullah matahari dengan perlahan,
Menyinari bumi dengan keindahan.

Segala bunga harum pandan,
Kembang terbuka, bagus gubahan,
Dibasahi embun, titik di dalam.

5.
Tidak memiliki tema yang pasti tergantung pada bentuk puisinya. Apabila berbentuk gurindam, biasanya bertema nasihat.
Tema pusi  adalah :
a.      puji-pujian terhadap tanah air
Contoh :
Tanah Air
karya Mohammad Yamin
Di atas batasan Bukit Barisan,
Memandangi beta ke bawah memandang,
Tampaklah hutan rimba dan ngarai,
Lagipun sawah, telaga nan permai,
Serta gerangan lihatlah pula,
Langit yang hijau bertukar warna,
Oleh pucuk daun kelapa.
b.      tema nasionalisme
TERATAI

Karya Sanusi Pane

Dalam kebun di tanah airku,
Tumbuh sekuntum bunga teratai,
Tersembunyi kembang indah permai,
Tidak terlihat orang yang lalu.

Akar tumbuh di hati dunia,
Daun berseri laksana mengarang,
Biarpun ia diabaikan orang,
Seroja kembang gembilang mulia.

Teruslah, o teratai bahagia,
Berseri di kebun Indonesia,
Biar sedikit penjaga taman.

Biarpun engkau tidak diihat,
Biarpun engkau tidak diminat,
Engkaupun turut menjaga zaman.


2.      Perbedaan Ciri puisi Angkatan Pujangga Baru dan Angkatan 45
No.
Pusi Angkatan Pujangga Baru
Puisi Angkatan 45
1.
Puisi menggambarkan perjuangan untuk meraih kemerdekaan dari penjajahan Belanda.
Contoh puisi :
Perjuangan
 Kepada Taman Siswa
Tenteram dan damai?
Tidak, tidak Tuhanku!
Tenteram dan damai waktu tidur di malam sepi.
Terteram dan damai berbaju putih di dalam kubur.
Tetapi hidup ialah perjuangan.
Perjuangan semata lautan segara.
Perjuangan semata alam semesta.
Hanya dalam berjuang beta merasa tenteram dan damai.
Hanya dalam berjuang berkobar Engkau Tuhanku di dalam dada.
Puisi mengemukakan masalah kemasyarakatan, dan kemanusiaan.
Contoh puisi :
                         DOA
                        kepada pemeluk teguh
                                      Chairil Anwar
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namamu

Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh

cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi

Tuhanku

aku hilang bentuk
remuk

Tuhanku

aku mengembara di negeri asing

Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling
2.
Memiliki bentuk puisi baru yang lebih bebas daripada puisi lama (misalnya pantun dan syair) namun masih memiliki keterikatan pada jumlah baris tiap baitnya sehingga puisi-puisinya memiliki nama  berdasarkan jumlah baris tiap baitnya, misalnya Distichon (terdiri atas dua baris tiap bait), terzina (tiga baris tiap bait), kwatrain (empat baris tiap bait), dan seterusnya.
Contoh puisi  (bentuk distichon):
RINDU DENDAM
                                    J.E. Tatengkeng
Di mana air di dasar kolam
Kucari jawab teka-teki alam
          Dikawan awan kian kemari
          Disitu juga jawabnya ku cari
Di warna bunga yang kembang
Ku baca jawab, penghilang bimbang
          Kepada gunung penjaga waktu
          Ku tanya jawab kebenaran tentu
Pedang bintang lahir semula
Ku tanya jawab teka-teki Allah
           Keadaan hati, jiwa sendiri
           Ku selam jawab! Tidak tercari
Ya Allah yang maha dalam
Berikan jawab teka-teki alam
           O Tuhan yang maha tinggi
           Kunanti jawab petang dan pagi
Hatiku haus ‘kan kebenaran
Berikan jawab dihatiku sekarang
Puisi yang diciptakan menunjukkan ciri-ciri adanya pembaharuan sehingga tidak terdapat lagi bentuk distichon, terzina kuatrain dsb. mementingkan isi daripada bentuk serta menggunakan bahasa Indonesia (bukan bahasa Melayu)
Contoh puisi :
" DIPONEGORO "
                           Karya Chairil Anwar

Di masa pembangunan ini
tuan hidup kembali
dan bara kagum menjadi api
di depan sekali tuan menanti
tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
berselempang semangat yang tak bisa mati.

Maju
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.
Sekali berarti
Sudah itu mati.

Maju
Bagimu negeri
Menyediakan api.
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai

Maju
Serbu
Serang
Terjang


 ( 1943 )

3.
Sangat mengutamakan rima (persajakan) untuk menciptakan keindahan puisi.
Contoh :
Dimana Tempat Cinta Sejati
                                              Intoyo
Bukan di rimba lebat dan sunyi
Bukan di puncak bukit yang tinggi
Bukan di pinggir samudera yang sepi
          Jangan dicari di tempat memuja
           Di kuil di tempat membakar dupa
           Di dalam goa tempat bertapa
Bukan di mahligai batu pualam
Di katil terhias permata nilam
Di dalam surga di luar alam
           Cinta sejati lekat pada kita
           Bernyala-nyala waktu bekerja
           Untuk bahagia dunia kaya
Bernyala-nyala sewaktu bekerja
Dimana kita merasa sejajar
Sehidup semati seniat sedasar
Menggunakan bahasa sehari-hari dan pemilihan kata (diksi)  mengungkapkan pengalaman batin penyair
Contoh :
                               Karya  Asrul Sani

Ada elang laut terbang
senja hari
antara jingga dan merah
surya hendak turun,
pergi ke sarangnya.

Apakah ia tahu juga,
bahwa panggilan cinta
tiada ditahan kabut
yang menguap pagi hari ?

bunyinya menguak suram
lambat-lambat
mendekat, ke atas runyam
karang putih,
makin nyata.

Sekali ini jemu dan keringat
tiada kan punya daya
tapi topan tiada mau
dan mengembus ke alam luas.

Jatuh elang laut
ke air biru, tenggelam
dan tiada timbul lagi.

Rumahnya di gunung kelabu
akan terus sunyi,
satu-satu akan jatuh membangkai
ke bumi, bayi-bayi kecil tiada
bersuara.

Hanya anjing,
malam hari meraung menyalak bulan
yang melengkung sunyi.
Suaranya melandai
turun ke pantai
Jika segala senyap pula,
berkata pemukat tua :
“Anjing meratapi orang mati !”

Elang laut telah
hilang ke lunas kelam
topan tiada bertanya
hendak ke mana dia.
Dan makhluk kecil
yang membangkai di bawah
pohon eru, tiada pula akan
berkata :
“Ibu kami tiada pulang.”
4.
Aliran yang diikuti adalah aliran romantic idealistic

Contoh puisi


Berdiri Aku


                         Karya Amir Hamzah
Berdiri aku di senja senyap
Camar melayang menepis  buih
Melayah  bakau mengurai puncak
Berjulang  datang ubur terkembang.

Angin pulang menyejuk bumi
Menepuk teluk mengempas emas
Lari ke gunung memuncak sunyi
Berayun alun di atas talas.

Benang raja  mencelup ujung
Naik marak, menyerak corak
Elang leka  sayap tergulung
Dimabuk warna berarak-arak.

Dalam rupa maha sempurna
Rindu sendu mengharu kalbu
Ingin datang merasa sentosa
Menyecap hidup bertentu tuju.
Aliran  yang dianut adalah ekspresionisme dan realisme

Lagu Gadis Itali
                      
                       Karya Sitor Situmorang

Kerling danau di pagi hari
lonceng gereja di bukit Itali
jika musimmu tiba nanti
jemputlah abang di teluk Napoli

Kerling danau di pagi hari
lonceng gereja bukit Itali
andai abang tak kembali
adik menunggu sampai mati

Batu tandus di kebun anggur
pasir teduh di bawah nyiur
abang lenyap hatiku hancur
mengejar bayang di salju gugur
5.
Kalimat yang digunakan banyak bermakna kias yang berisi perbandingan dan kata-kata yang digunakan  memiliki ke indahan
                                Karya Amir Hamzah

Dengan apakah kubandingkan pertemuan kita, kekasihku?
Dengan senja samar sepoi, pada masa purnama meningkat naik, setelah menghalaukan panas payah
terik.
Angin malam mengembus lemah, menyejuk badan, melambung rasa menayang pikir, membawa angan ke bawah kursimu.
Hatiku terang menerima katamu, bagai bintang memasang lilinnya.
Kalbuku terbuka menunggu kasihmu, bagai sedap malam menyiarkan kelopak.

Aduh, kekasihku, isi hatiku dengan katamu, penuhi dadaku dengan cahayamu, biar bersinar mataku sendu, biar berbinar
gelakku rayu

Banyak menggunakan gaya bahasa metafora dan simbolik



Nisan
                  Untuk Nenekanda
                                Karya Chairil Anwar

Bukan kematian benar menusuk kalbu
Keridlaanmu menerima segala tiba
Tak kutahu setinggi itu atas debu
Dan duka maha tuan bertakhta




3.      Perbedaan Ciri puisi Angkatan 45 dan Angkatan pada Masa Jepang
No.
Puisi Angkatan 45
Puisi Angkatan Masa Jepang
1.
Puisi yang diciptakan menunjukkan ciri-ciri adanya pembaharuan sehingga tidak terdapat lagi bentuk distichon, terzina kuatrain dsb. mementingkan isi daripada bentuk serta menggunakan bahasa Indonesia (bukan bahasa Melayu)
Contoh puisi :
" DIPONEGORO "
                           Karya Chairil Anwar

Di masa pembangunan ini
tuan hidup kembali
dan bara kagum menjadi api
di depan sekali tuan menanti
tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
berselempang semangat yang tak bisa mati.

Maju
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.
Sekali berarti
Sudah itu mati.

Maju
Bagimu negeri
Menyediakan api.
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai

Maju
Serbu
Serang
Terjang


 ( 1943 )

Bentuk puisinya yaitu puisi bebas yang tidak terikat oleh pembagian bait, baris dan persajakan (rima)
Contoh :

1943

                               karya Chairil Anwar

Racun berada di reguk pertama
Membusuk rabu terasa di dada
Tenggelam darah dalam nanah
Malam kelam-membelam
Jalan kaku-lurus. Putus
Candu.
Tumbang
Tanganku menadah patah
Luluh
Terbenam
Hilang
Lumpuh.
Lahir
Tegak
Berderak
Rubuh
Runtuh
Mengaum. Mengguruh
Menentang. Menyerang
Kuning
Merah
Hitam
Kering
Tandas
Rata
Rata
Rata
Dunia
Kau
Aku
Terpaku.
1943



2
Aliran  yang dianut adalah ekspresionisme dan realisme

Lagu Gadis Itali
                      
                       Karya Sitor Situmorang

Kerling danau di pagi hari
lonceng gereja di bukit Itali
jika musimmu tiba nanti
jemputlah abang di teluk Napoli

Kerling danau di pagi hari
lonceng gereja bukit Itali
andai abang tak kembali
adik menunggu sampai mati

Batu tandus di kebun anggur
pasir teduh di bawah nyiur
abang lenyap hatiku hancur
mengejar bayang di salju gugur

Gaya atau aliran yang banyak dianut adalah aliran ekspresionisme dan realisme.
Contoh :
SIAP SEDIA
                     karya Chairil Anwar
Kepada Angkatanku
Tanganmu nanti tegang kaku,
Jantungmu nanti berdebar berhenti,
Tubuhmu nanti mengeras membatu,
Tapi kami sederap mengganti,
Terus memahat ini Tugu.

Matamu nanti kaca saja,
Mulutmu nanti habis bicara,
Darahmu nanti mengalis berhenti,
Tapi sederap mengganti,
Terus berdaya ke Masyarakat Jaya.
Suaramu nanti diam ditekan,
Namamu nanti terbang menghilang,
Langkahmu nani enggan ke depan,
Tapi kami sederap mengganti,
Bersatu maju, ke Kemenangan.
Darah kami panas selama,
Badan kami tertempa baja,
Jiwa kami gagah perkasa,
Kami akan mewarna di angkasa,
Kami pembawa ke Bahagia nyata.
Kawan, kawan,
Menepis segar angin terasa,
Lalu menderu menyapu awan,
Terus menembus surya cahaya,
Memancar pencar ke penjuru segala,
Riang menggelombang sawah dan hutan,
Segala menyala-nyala !
Segala menyala-nyala !
Kawan, kawan,
Dan kita bangkit dengan kesedaran,
Memucuk menerang hingga belulang,
Kawan, kawan,
Kita mengayun pedang ke Dunia Terang !
3
Puisi mengemukakan masalah kemasyarakatan, dan kemanusiaan.
Contoh puisi :
                         DOA
                        kepada pemeluk teguh
                                      Chairil Anwar
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namamu

Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh

cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi

Tuhanku

aku hilang bentuk
remuk

Tuhanku

aku mengembara di negeri asing

Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling
Puisi yang tersiar mengandung atau menyatakan mengenai pelarian dan realitas kehidupan yang pahit.
Contoh.
Berpisah

Bersama – sama bunga di gubah
Menjadi rangkaian halus pewangi
Dan pulang kita bersuka hati
Di kala surya terbenam merah.

Di jalan Simpang kita berpisah
Gubahan bunga gemetar di tangan
Dan sambil kita berpandangan
Jatuh rangkaian, dua terbelah.

Kuambil seutas, setengah lagi
Kau pegang erat, dan kau melompat

Di kala kujalan sendiri
Hanyalah bunga, kau bawa lari
Mengirimkan wanginya ke arahku lagi.
                                     (Waluyati)

4
Menggunakan bahasa sehari-hari dan pemilihan kata (diksi)  mengungkapkan pengalaman batin penyair
Contoh :
                               Karya  Asrul Sani

Ada elang laut terbang
senja hari
antara jingga dan merah
surya hendak turun,
pergi ke sarangnya.

Apakah ia tahu juga,
bahwa panggilan cinta
tiada ditahan kabut
yang menguap pagi hari ?

bunyinya menguak suram
lambat-lambat
mendekat, ke atas runyam
karang putih,
makin nyata.

Sekali ini jemu dan keringat
tiada kan punya daya
tapi topan tiada mau
dan mengembus ke alam luas.

Jatuh elang laut
ke air biru, tenggelam
dan tiada timbul lagi.

Rumahnya di gunung kelabu
akan terus sunyi,
satu-satu akan jatuh membangkai
ke bumi, bayi-bayi kecil tiada
bersuara.

Hanya anjing,
malam hari meraung menyalak bulan
yang melengkung sunyi.
Suaranya melandai
turun ke pantai
Jika segala senyap pula,
berkata pemukat tua :
“Anjing meratapi orang mati !”

Elang laut telah
hilang ke lunas kelam
topan tiada bertanya
hendak ke mana dia.
Dan makhluk kecil
yang membangkai di bawah
pohon eru, tiada pula akan
berkata :
“Ibu kami tiada pulang.”
Pilihan kata yang digunakan  mengemukakan pengalaman batin yang mendalam. Kata-kata menggunakan bahasa sehari-hari.
Contoh :
            AKU MENYINGKIR
                               karya Maria Amin
Terlintas ingatan mengenang hari
Masa aku menyingkir diri
Tenaga yang telah kuberi
Mundur karena kata hati.

Bukan timbangan rada di luar
Tetapi pertempuran rasa di dalam
Tidak hendak alah bertengkar
Biar patah hancur terpendam.

Mendering banyak yang di pinggang
Alah, dek miskin rasa hati
Harta di luar dapat ditenggang
Harta di dalam di mana cari.



5
Banyak menggunakan gaya bahasa metafora dan simbolik

Nisan
                  Untuk Nenekanda
                                Karya Chairil Anwar

Bukan kematian benar menusuk kalbu
Keridlaanmu menerima segala tiba
Tak kutahu setinggi itu atas debu
Dan duka maha tuan bertakhta
Isi yang disampaikan berupa kritik, dan sindirin dengan ketidakadilan yang terdapat dalam masyarakat. Contohnya puisi “anak rakyat” karya Dullah





4.      Perbedaan Ciri puisi pada Masa Jepang dan puisi Angkatan 66
No.
Puisi Angkatan Masa Jepang
Puisi Angkatan 66
1
Gaya atau aliran yang banyak dianut adalah aliran ekspresionisme dan realisme. Contohnya puisi “ siap sedia” karya Chairil Anwar.
SIAP SEDIA
Oleh: Chairil Anwar
Kepada Angkatanku
Tanganmu nanti tegang kaku,
Jantungmu nanti berdebar berhenti,
Tubuhmu nanti mengeras membatu,
Tapi kami sederap mengganti,
Terus memahat ini Tugu.

Matamu nanti kaca saja,
Mulutmu nanti habis bicara,
Darahmu nanti mengalis berhenti,
Tapi sederap mengganti,
Terus berdaya ke Masyarakat Jaya.
Suaramu nanti diam ditekan,
Namamu nanti terbang menghilang,
Langkahmu nani enggan ke depan,
Tapi kami sederap mengganti,
Bersatu maju, ke Kemenangan.
Darah kami panas selama,
Badan kami tertempa baja,
Jiwa kami gagah perkasa,
Kami akan mewarna di angkasa,
Kami pembawa ke Bahagia nyata.
Kawan, kawan,
Menepis segar angin terasa,
Lalu menderu menyapu awan,
Terus menembus surya cahaya,
Memancar pencar ke penjuru segala,
Riang menggelombang sawah dan hutan,
Segala menyala-nyala !
Segala menyala-nyala !
Kawan, kawan,
Dan kita bangkit dengan kesedaran,
Memucuk menerang hingga belulang,
Kawan, kawan,
Kita mengayun pedang ke Dunia Terang
Mulai dikenal gaya epik (bercerita) pada puisi (muncul puisi-puisi balada)
Kembalikan Indonesia Padaku
Karya  Taufik Ismail

Hari depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut yang menganga,
Hari depan Indonesia adalah bola-bola lampu 15 wat,
sebagian berwarna putih dan sebagian hitam,
yang menyala bergantian,
Hari depan Indonesia adalah pertandingan pingpong siang malam
dengan bola yang bentuknya seperti telur angsa,
Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang tenggelam
karena seratus juta penduduknya,
Kembalikan
Indonesia
padaku
Hari depan Indonesia adalah satu juta orang main pingpong siang malam
dengan bola telur angsa di bawah sinar lampu 15 wat,
Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang pelan-pelan tenggelam
lantaran berat bebannya kemudian angsa-angsa berenang-renang di atasnya,
Hari depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut yang menganga,
dan di dalam mulut itu ada bola-bola lampu 15 wat,
sebagian putih dan sebagian hitam, yang menyala bergantian,
Hari depan Indonesia adalah angsa-angsa putih yang berenang-renang
sambil main pingpong di atas pulau Jawa yang tenggelam
dan membawa seratus juta bola lampu 15 wat ke dasar lautan,
Kembalikan
Indonesia

2
Mencerminkan rasa kekaguman, pujian, simpati terhadap Heiho Jepang berjibaku menyerang musuh dan diharapkan semangat itu menjadi semangat Indonesia


MARIA AMIN

KAPAL UDARA


Gegar gentar suara mesin
Raja udara menguasai angkasa
Menderu gemuruh  berpusing miring
Bagai burung mengintai mangsa

Raksasa udara melaju jauh
Berbalik pula puluh menyerbu
Terdaulu Saturday puluhan menderu.

Mata bersinar
Semangat berkobar
Kapan zamanku menghadapi pula
Raksasa dunia kepunyaan kita

Mencintai nusa , bangsa dan Negara dan persatuan dalam pergolakan

Senjata
(Abdul Wahid Situmeang)
keringat mengucur darah memancur
dari dada pahlawan yang gugur
panji perjuangan pantang mundur
merebut tampuk hari
serta menggenggamnya dalam kepalan
dalam arus waktu yang mengahpus kesabaran
senjata kita adalah keringat
senjata kita adala darah
keringat dan darah dari jiwa yang luhur






3
Berisi tentang sikap tegas pemuda Indonesia  yang bersemangat berjuang untuk mendapat kamenangan.
Contoh Rosihan Anwar  Kisah di waktu pagi.
Seperti perjurit memeras daya
Pagi dan senja tiada beda
Senantiasa berjalan di lebuh raya
Bertujuan nyata hingga saatnya
Bangsa bersemayam di Puncak nan Jaya
Akupun ingin seperti mereka
Di lapang kerjaku berbaktikan daya
Guna kemenangan segala kita



Berisi protes sosial dan protes politik
Kembalikan Indonesia Padaku
Taufik Ismail



Hari depan Indonesia adlah dua ratus juta mulut yang menganga,
Hari depan Indonesia adalah bola-bola lampu 15 wat,
sebagian berwarna putih dan sebagian hitam,
yang menyala bergantian,
Hari depan Indonesia adalah pertandingan pingpong siang malam
dengan bola yang bentuknya seperti telur angsa,
Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang tenggelam
karena seratus juta penduduknya,
Kembalikan
Indonesia
padaku
Hari depan Indonesia adalah satu juta orang main pingpong siang malam
dengan bola telur angsa di bawah sinar lampu 15 wat,
Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang pelan-pelan tenggelam
lantaran berat bebannya kemudian angsa-angsa berenang-renang di atasnya,
Hari depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut yang menganga,
dan di dalam mulut itu ada bola-bola lampu 15 wat,
sebagian putih dan sebagian hitam, yang menyala bergantian,
Hari depan Indonesia adalah angsa-angsa putih yang berenang-renang
sambil main pingpong di atas pulau Jawa yang tenggelam
dan membawa seratus juta bola lampu 15 wat ke dasar lautan,
Kembalikan
Indonesia

4
 Isi yang disampaikan berupa kritik, dan sindirin dengan ketidakadilan yang terdapat dalam masyarakat
Isi yang disampaikan berupa puisi bertema demonstrasi yaitu kekuasaan ditangan rakyat

Kita Adalah Pemilik Sah Republik Ini

Taufiq Ismail

Tidak ada pilihan lain. Kita harus Berjalan terus
Karena berhenti atau mundur
Berarti hancur


Apakah akan kita jual keyakinan kita Dalam pengabdian tanpa harga
Akan maukah kita duduk satu meja Dengan para pembunuh tahun yang lalu Dalam setiap kalimat yang berakhiran “Duli Tuanku?”

Tidak ada lagi pilihan lain. Kita harus Berjalan terus
Kita adalah manusia bermata sayu, yang di tepi jalan
Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh
 Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara
 Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama
Dan bertanya-tanya inikah yang namanya merdeka
 Kita yang tidak punya kepentingan dengan seribu slogan
Dan seribu pengeras suara yang hampa suara

Tidak ada lagi pilihan lain. Kita harus Berjalan terus. 


1966




5.      Perbedaan Ciri puisi Angkatan 70/80 dan Angkatan 2000
No.
Puisi Angkatan 70/80
Puisi Angkatan 2000
1
Mengemukakan kritik sosial atas kesewenangan terhadap kaum lemah, dan kritik atas penyelewengan-penyelewengan

SEBUAH JAKET BERLUMUR DARAH
Oleh: Taufiq Ismail
Sebuah jaket berlumur darah
Kami semua telah menatapmu
Telah berbagi duka yang agung
Dalam kepedihan berahun-tahun

Sebuah sungai membatasi kita
Di bawah terik matahari Jakarta
Antara kebebasan dan penindasan
Berlapis senjata dan sangkur baja
Akan mundurkah kita sekarang
Seraya mengucapkan ‘Selamat tinggal perjuangan’
Berikrar setia kepada tirani
Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?
Spanduk kumal itu, ya spanduk itu
Kami semua telah menatapmu
Dan di atas bangunan-bangunan
Menunduk bendera setengah tiang
Pesan itu telah sampai kemana-mana
Melalui kendaraan yang melintas
Abang-abang beca, kuli-kuli pelabuhan
teriakan-teriakan di atas bis kota, pawai-pawai perkasa
Prosesi jenazah ke pemakaman
Mereka berkata
Semuanya berkata
LANJUTKAN PERJUANGAN

Megemukakan kritik sosial dengan lebih keras karena kekuasaan Orde Baru dan ketidakmenentuan situasi di tahun 2000-an.



2
Banyak terdapat penggunaan gaya retorik dan slogan dalam puisi.
Hujan Bulan Juni
Sapardi Joko Damono
Taka da yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu
tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu
tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu
Sapardi Djoko Damono.1989



Penggunaan estetika baru yang disebut “antroporisme” (gaya bahasa berupa penggantian tokoh manusia sebagai “aku lirik” dengan benda-benda.



LIPU
Ketika kereta satu-satunya telah bergerak
Pergi, engkaupun sepi. Marilah
Dengan gemetar: menunggu nasib hari demi hari

Ruang tambah sukar dimengerti
Kereta telah dipilihkan bagimu
Kereta semu

3
Puisi tentang keagamaan
Puisi-puisi profetik (keagamaan/religius) tetapi dengan kecenderungan menciptakan pengembaraan yang lebih konkret melalui alam, rumput atau daun-daun.
Sembahyang Rumputan
Aku, rumputan
Tak pernah lupa sembahyang
Inna Sholati wa nusuku
Wa mahyaaya wa mammati
Lillahi Robbil ‘alamin

Topan melanda padang ilalang
Tubuhku bergoyang-goyang
Tapi tetap teguh dalam sembahyang
Dan akarku yang mengurat di bumi
Tak berhenti mengucap shalawat nabi
Ahmadun Y. Herfanda


Puisi lugu mempergunakan teknik pengungkapan ide secara polos dengan kata-kata serebral, kalimat-kalimat biasa atau polos.
Liwat Tengah Hari
(Bur Rasuanto)

disini berhadapan muka
kekuasaan rampasan atasnama
dan harga diri jang diatasnamakan

disini berhadapan muka
topeng sempurna jang diperdjualkan
dan wadjah-wadjah jang terbuka

disini ditjoba padamkan
api kebangkitan jang telah menjala
dengan gelombang rentetan peluru
yang dihudjankan kepusat barisan

disini telah ditumpahkan
darah angkatan jang bangkit berlawan
ketika tangan kekuasaan
gemetar sepi dan putusasa

dan disinipun telah dipatahkan
mitos kultus jang memperhamba
serta rantai badja
jang membelenggu kemerdekaan


Pilihan kata diambil dan bahasa sehari-hari yang disebut bahasa “kerakyat jelataan”.
Nagasari
membuka kulit nagasari
isinya bukan pisang
tapi mayat anak gembala
yang berseruling setiap senja

membuang kulit nagasari
seorang nahkoda memungutnya
dan merobeknya jadi dua
separuh buat peta
separuh buat bendera kapal
(D.Zawawi Imron, Bulan Tertusuk Lalang, hlm.45)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar