1. Perbedaan
Puisi Lama dengan Puisi Angkatan Balai Pustaka
No.
|
Pusi
Lama
|
Puisi
Angkatan Balai Pustaka
|
1.
|
Tidak diketahui
nama pengarangnya karena merupakan puisi hasil karya rakyat kebanyakan
Pantun agama
Kemumu di dalam semak,
Jatuh melayang selaranya,
Meski ilmusetinggi tegak,
tidak sembahyang apa gunanya
|
Diketahui nama
pengarangnya
Mengeuh 1
Rustam Effendi
Bukanlah beta berpijak bunga,
Melalui hidup menuju makam Setiap saat disimbur sukar, Bermandi darah dicucurkan dendam. Menangis mata melihat makhluk, Berharta bukan berhak pun bukan Inilah nasib negeri ‘nanda, Memerah madu menguruskan badan. Ba’mana beta bersuka cita, Ratapan ra’yat riuhan gaduh, Membobos masuk menyatu kalbuku. Ba’mana boleh berkata beta, Suara sebat sedanan rusuh, Menghimpit madah, gubahan cintaku |
2.
|
Merupakan sastra lisan karena disebarluaskan dari
mulut ke mulut.
Karmina
Dahulu perang,
Sekarang besi.
Dahuli sayang,
sekarang benci
Pingga tak retak,
nasi tak dingin.
Engkau tak hendak,
kami tak ingin.
Gendang gendut,
tali kecapi,
Kenyang perut,
Senanglah hati.
.
|
Merupakan sastra
lisan dan tertulis karena sudah ada pendokumentasian secara tertulis dan ada
pembacaan puisi
Bukan Beta Bijak Berperi
Rustam Effendi
Bukan beta bijak berperi,
Pandai mengubah madahan syair,
Bukan beta budak Negeri,
Musti menurut undangan mair.
Syarat sarat saya mungkiri,
Untaian rangkaian seloka lama,
Beta buang beta singkiri,
Sebab laguku menurut sukma.
Susah sungguh saya sampaikan,
Degup – degupan di dalam kalbu,
Lemah laun lagu dengungan,
Matnya digamat rasain waktu.
Sering saya susah sesaat,
Sebab madahan tidak nak datang,
Sering saya sulit menekat,
Sebab terkurung lukisan mamang.
Bukan beta bijak berperi,
Dapat melemah bingkaian pantun,
Bukan beta berbuat baru,
Hanya mendengar bisikan alun
|
3.
|
Masih terikat oleh aturan-aturan
seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata tiap larik atau baris, maupun rima atau persajakan
Gurindam
Barang siapa berbuat jasa
Mulia namanya segenap masa
Orang malas jatuh sengsara
Orang rajin banyak saudara
|
Tidak terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris
tiap bait, jumlah suku kata tiap larik atau baris, maupun rima atau persajakan
Mengeluh II
Rustam Effendi
Bilakah
bumi bertabur bunga,
disebarkan
tangan yang tiada terikat,
dipetik
jari, yang lemah lembut,
ditanai
sayap kemerdekaan rakyat?
Bilakah
lawang bersinar Bebas,
ditinggalkan
dera yang tiada berkata?
Bilakah
susah yang beta benam,
dihembus
angin kemerdekaan kita?
Disanalah
baru bermohon beta,
supaya
badanku berkubur bunga,
bunga
bingkisan, suara syairku.
Disitulah
baru bersuka beta,
pabila
badanku bercerai nyawa,
sebab
menjemput Manikam bangsaku.
Dari:
Percikan Permenungan
|
4.
|
Yang termasuk puisi lama adalah :
a.
Mantra adalah ucapan-ucapan yang
dianggap memiliki kekuatan gaib
Mantra
Assalammu’alaikum putri satulung besar
Yang beralun berilir simayang Mari kecil, kemari Aku menyanggul rambutmu Aku membawa sadap gading Akan membasuh mukamu
b.
Pantun adalah puisi yang bercirikan
bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata,
2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai isi.
Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat,
teka-teki, jenaka
Pantun
Kalau ada jarum patah
Jangan dimasukkan ke dalam peti Kalau ada kataku yang salah Jangan dimasukan ke dalam hati
c.
Karmina adalah pantun kilat seperti
pantun tetapi pendek
Karmina
Dahulu parang, sekarang besi (a)
Dahulu sayang sekarang benci (a)
d.
Seloka adalah pantun berkait
Seloka
Lurus jalan ke Payakumbuh,
Kayu jati bertimbal jalan Di mana hati tak kan rusuh, Ibu mati bapak berjalan
e.
Gurindam adalah puisi yang berdirikan
tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat
Gurindam
Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a) Barang siapa tinggalkan sembahyang ( b ) Bagai rumah tiada bertiang ( b ) Jika suami tiada berhati lurus ( c ) Istri pun kelak menjadi kurus ( c )
f.
Syair adalah puisi yang bersumber dari
Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau
cerita
Syair
Pada zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a) Sebuah negeri yang aman sentosa (a) Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)
g.
Talibun adalah pantun genap yang tiap
bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris
Talibun
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak pun beli sampiran Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak
pergi berjalan
Ibu cari sanak pun cari isi Induk semang cari dahulu |
Bersifat dikdaktis dan masih
banyak yang menggunakan bentuk syair, soneta dan pantun
SONETA
PAGI-PAGI
Karya Muhammad Yamin
Teja dan
cerawat masih gemilang,
Memuramkan
bintang mutiaranya,
Menjadi pudar
padam cahaya,
Timbul
tenggelam berulang-ulang.
Fajar di timur
datang menjelang,
Membawa
permata ke atas dunia,
Seri-berseri
sepantun mulia,
Berbagai warna
bersilang-silang.
Lambat laun
serta berdandan,
Timbullah
matahari dengan perlahan,
Menyinari bumi
dengan keindahan.
Segala bunga
harum pandan,
Kembang terbuka,
bagus gubahan,
Dibasahi
embun, titik di dalam.
|
5.
|
Tidak memiliki tema yang pasti
tergantung pada bentuk puisinya. Apabila berbentuk gurindam, biasanya bertema
nasihat.
|
Tema pusi
adalah :
a.
puji-pujian terhadap tanah air
Contoh :
Tanah Air
karya Mohammad Yamin
Di atas
batasan Bukit Barisan,
Memandangi
beta ke bawah memandang,
Tampaklah
hutan rimba dan ngarai,
Lagipun sawah,
telaga nan permai,
Serta gerangan
lihatlah pula,
Langit yang
hijau bertukar warna,
Oleh pucuk
daun kelapa.
b.
tema nasionalisme
TERATAI
Karya Sanusi Pane
Dalam kebun di tanah airku,
Tumbuh sekuntum bunga teratai,
Tersembunyi kembang indah permai,
Tidak terlihat orang yang lalu.
Akar tumbuh di hati dunia,
Daun berseri laksana mengarang,
Biarpun ia diabaikan orang,
Seroja kembang gembilang mulia.
Teruslah, o teratai bahagia,
Berseri di kebun Indonesia,
Biar sedikit penjaga taman.
Biarpun engkau tidak diihat,
Biarpun engkau tidak diminat,
Engkaupun turut menjaga zaman.
|
2. Perbedaan
Ciri puisi Angkatan Pujangga Baru dan Angkatan 45
3. Perbedaan
Ciri puisi Angkatan 45 dan Angkatan pada Masa Jepang
No.
|
Puisi
Angkatan 45
|
Puisi
Angkatan Masa Jepang
|
1.
|
Puisi yang diciptakan
menunjukkan ciri-ciri adanya pembaharuan sehingga tidak terdapat lagi bentuk
distichon, terzina kuatrain dsb. mementingkan isi daripada bentuk serta
menggunakan bahasa Indonesia (bukan bahasa Melayu)
Contoh puisi :
"
DIPONEGORO "
Karya Chairil Anwar
Di
masa pembangunan ini
tuan hidup kembali dan bara kagum menjadi api di depan sekali tuan menanti tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali. Pedang di kanan, keris di kiri berselempang semangat yang tak bisa mati. Maju Ini barisan tak bergenderang-berpalu Kepercayaan tanda menyerbu. Sekali berarti Sudah itu mati. Maju Bagimu negeri Menyediakan api. Punah di atas menghamba Binasa di atas ditindas Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai Jika hidup harus merasai Maju Serbu Serang Terjang ( 1943 ) |
Bentuk puisinya yaitu puisi bebas yang
tidak terikat oleh pembagian bait, baris dan persajakan (rima)
Contoh :
1943
karya Chairil
Anwar
Racun berada di reguk pertama
Membusuk rabu terasa di dada Tenggelam darah dalam nanah Malam kelam-membelam Jalan kaku-lurus. Putus Candu. Tumbang Tanganku menadah patah Luluh Terbenam Hilang Lumpuh. Lahir Tegak Berderak Rubuh Runtuh Mengaum. Mengguruh Menentang. Menyerang Kuning Merah Hitam Kering Tandas Rata Rata Rata Dunia Kau Aku Terpaku.
1943
|
2
|
Aliran yang dianut adalah ekspresionisme dan
realisme
Lagu Gadis Itali
Karya Sitor Situmorang
Kerling danau di pagi hari
lonceng gereja di bukit Itali jika musimmu tiba nanti jemputlah abang di teluk Napoli
Kerling danau di pagi hari
lonceng gereja bukit Itali andai abang tak kembali adik menunggu sampai mati
Batu tandus di kebun anggur
pasir teduh di bawah nyiur abang lenyap hatiku hancur mengejar bayang di salju gugur |
Gaya
atau aliran yang banyak dianut adalah aliran ekspresionisme dan realisme.
Contoh
:
SIAP SEDIA
karya Chairil Anwar
Kepada Angkatanku
Tanganmu
nanti tegang kaku,
Jantungmu nanti berdebar berhenti, Tubuhmu nanti mengeras membatu, Tapi kami sederap mengganti, Terus memahat ini Tugu. Matamu nanti kaca saja, Mulutmu nanti habis bicara, Darahmu nanti mengalis berhenti, Tapi sederap mengganti, Terus berdaya ke Masyarakat Jaya.
Suaramu
nanti diam ditekan,
Namamu nanti terbang menghilang, Langkahmu nani enggan ke depan, Tapi kami sederap mengganti, Bersatu maju, ke Kemenangan.
Darah
kami panas selama,
Badan kami tertempa baja, Jiwa kami gagah perkasa, Kami akan mewarna di angkasa, Kami pembawa ke Bahagia nyata.
Kawan,
kawan,
Menepis segar angin terasa, Lalu menderu menyapu awan, Terus menembus surya cahaya, Memancar pencar ke penjuru segala, Riang menggelombang sawah dan hutan, Segala menyala-nyala ! Segala menyala-nyala !
Kawan,
kawan,
Dan kita bangkit dengan kesedaran, Memucuk menerang hingga belulang,
Kawan,
kawan,
Kita mengayun pedang ke Dunia Terang ! |
3
|
Puisi mengemukakan masalah kemasyarakatan, dan kemanusiaan.
Contoh puisi :
DOA
kepada pemeluk teguh Chairil Anwar Tuhanku Dalam termangu Aku masih menyebut namamu Biar susah sungguh mengingat Kau penuh seluruh cayaMu panas suci tinggal kerdip lilin di kelam sunyi Tuhanku aku hilang bentuk remuk Tuhanku aku mengembara di negeri asing Tuhanku di pintuMu aku mengetuk aku tidak bisa berpaling |
Puisi yang tersiar mengandung atau
menyatakan mengenai pelarian dan realitas kehidupan yang pahit.
Contoh.
Berpisah
Bersama – sama bunga di gubah
Menjadi rangkaian halus pewangi
Dan pulang kita bersuka hati
Di kala surya terbenam merah.
Di jalan Simpang kita berpisah
Gubahan bunga gemetar di tangan
Dan sambil kita berpandangan
Jatuh rangkaian, dua terbelah.
Kuambil seutas, setengah lagi
Kau pegang erat, dan kau melompat
Di kala kujalan sendiri
Hanyalah bunga, kau bawa lari
Mengirimkan wanginya ke arahku lagi.
(Waluyati)
|
4
|
Menggunakan bahasa
sehari-hari dan pemilihan kata (diksi) mengungkapkan pengalaman batin
penyair
Contoh :
Karya Asrul Sani
Ada elang laut terbang
senja hari antara jingga dan merah surya hendak turun, pergi ke sarangnya. Apakah ia tahu juga, bahwa panggilan cinta tiada ditahan kabut yang menguap pagi hari ? bunyinya menguak suram lambat-lambat mendekat, ke atas runyam karang putih, makin nyata. Sekali ini jemu dan keringat tiada kan punya daya tapi topan tiada mau dan mengembus ke alam luas. Jatuh elang laut ke air biru, tenggelam dan tiada timbul lagi. Rumahnya di gunung kelabu akan terus sunyi, satu-satu akan jatuh membangkai ke bumi, bayi-bayi kecil tiada bersuara. Hanya anjing, malam hari meraung menyalak bulan yang melengkung sunyi. Suaranya melandai turun ke pantai Jika segala senyap pula, berkata pemukat tua : “Anjing meratapi orang mati !” Elang laut telah hilang ke lunas kelam topan tiada bertanya hendak ke mana dia. Dan makhluk kecil yang membangkai di bawah pohon eru, tiada pula akan berkata : “Ibu kami tiada pulang.” |
Pilihan
kata yang digunakan mengemukakan
pengalaman batin yang mendalam. Kata-kata menggunakan bahasa sehari-hari.
Contoh
:
AKU MENYINGKIR
karya Maria Amin Terlintas ingatan mengenang hari Masa aku menyingkir diri Tenaga yang telah kuberi Mundur karena kata hati. Bukan timbangan rada di luar Tetapi pertempuran rasa di dalam Tidak hendak alah bertengkar Biar patah hancur terpendam. Mendering banyak yang di pinggang Alah, dek miskin rasa hati Harta di luar dapat ditenggang Harta di dalam di mana cari. |
5
|
Banyak menggunakan
gaya bahasa metafora dan simbolik
Nisan
Untuk Nenekanda
Karya Chairil Anwar
Bukan kematian benar menusuk kalbu
Keridlaanmu menerima segala tiba
Tak kutahu setinggi itu atas debu
Dan duka maha tuan bertakhta
|
Isi yang disampaikan berupa kritik,
dan sindirin dengan ketidakadilan yang terdapat dalam masyarakat. Contohnya
puisi “anak rakyat” karya Dullah
|
|
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar